Sabtu, 31 Maret 2012

Kisah Di Balik Sejarah Kelahiran Dapur

Dapur Modern
Dapur ternyata menyimpan sejuta cerita. Tak hanya sebagai tempat memasak makanan, di masa lalu, dapur juga menjadi salah satu simbol keagamaan. Setidaknya, pemahaman yang mengaitkan dapur dengan mitos religius ini berkembang di abad ke-5 saat bangunan dapur mulai dikenal masyarakat.

Dapur masyarakat Romawi kuno dikenal paling lengkap. Di masa itu, dapur sudah dilengkapi dengan peralatan masak-memasak, tempat cuci gerabah, juga kaki tiga penyangga wadah. Di Abad Pertengahan, dapur juga menjadi ruangan penting dalam sebuah rumah. Di sinilah setiap hari berlangsung aktivitas mensuplai makanan seluruh anggota keluarga.

Sedangkan dapur modern di Eropa mulai dikenal pada abad ke-19. Saat itu memang terjadi revolusi kuliner yang mendorong dapur ditata lebih mewah. Saat itu, tampilan tata letak dapur, lebih mirip dengan laboratorium di pusat-pusat studi. Dekorasi indah peninggalan zaman renaissance ikut menjadikan dapur Eropa di abad ke-19 tampil lebih mewah.

Kini, setelah listrik ditemukan, dapur kembali mengalami perubahan pesat. Dari semula hanya dilengkapi perabotan yang dioperasikan secara manusal, dapur saat ini penuh dengan peralatan canggih berbasis listrik. Tak hanya itu, dapur yang mulanya ditempatkan di bagian belakang bangunan rumah, saat ini mulai banyak dapur yang posisinya gandeng dengan ruang tengah.

Awal Cerita Ditemukannya Ukuran Sepatu



Apa jadinya jika sampai hari ini nomor ukuran sepatu belum juga ditemukan. Kita bakal sangat sulit untuk menemukan sepatu yang pas dan cocok dengan ukuran kaki. Para produsen sepatu akan membuat sepatu dengan ukuran yang mereka sukai, tanpa ada standar baku.

Di masa lalu, kondisinya memang seperti itu. Secara massal, sepatu baru mulai dibikin tahun 1628 oleh Thomas Beard di Amerika. Sedangkan di Inggris, pabrik sepatu baru didirikan tahun 1650. Saat itu, proses pembuatan sepatu masih manual. Pabrik sepatu yang menggunakan peralatan mekanik baru berdiri tahun 1760 di Lynn, Massachussetts.

Saat itu, setiap jenis sepatu dibuat dalam 150 jenis ukuran, karena memang standar baku ukuran sepatu belum ditemukan.  Raja Edward II dari Inggris, pada sekitar tahun 1324 memang sempat membuat kuran sepatu dengan membandingkan panjang helai jewawut (makanan sejenis sereal). Angka 10 untuk nomor sepatu, identik dengan panjang sepuluh helai jewawut yang dijajarkan.

Untuk menjadikan ukuran lebih baku, dalam perkembangannya kemudian ukuran satu helai jewawut disamakan dengan 1/3 inchi. Saat Goodyear mulai membangun pabrik sepatu di Inggris tahun 1871, ukuran berdasar perbandingan tersebut diadopsi dan dibakukan.

Kemudian dari sinilah ukuran sepatu berkembang dan dibuat standar sesuai dasar perhitungan di masing-masing wilayah. Perhitungan ukuran sepatu di Amerika, berbeda dengan di Inggris, berbeda pula dengan ukuran sepati di Jepang, Australia, juga Eropa. Ada ukuran yang hanya mewakili panjang sepatu, tapi adapula kuran yang mewakili perbandingan panjang dan lebarnya.

Mengenal Asal-Muasal Obat Bius



Bius sudah menjadi bagian yang sangat akrab dalam setiap tindakan bedah pasien di rumah sakit. Tapi tahukah Anda bahwa perjalanan sejarah lahirnya bius sudah berlangsung sejak masa prasejarah? Ramuan herbal untuk bius bernama Poppy opium telah dikenal manusia sejak 4.200 tahun sebelum masehi di Kekaisaran Sumeria.

Tanaman ini pertama kali digunakan untuk membius tercatat mulai 1.500 tahun sebelum masehi dan dibudidayakan pertama kali di Siprus kira-kira 1.100 tahun sebelum masehi. Dari Siprus, opium yang menjadi bahan baku material pembius ini kemudian masuk Cina pada 1.200 sampai 600 tahun sebelum masehi, lalu ke India pada 330 tahun sebelum masehi. Pada abad kedua di Cina ada seorang dokter bernama Hua Tuo yang menggunakan ganja untuk membius pasien yang harus menjalani operasi perut.

Di Era Yunani dan Romawi kuno, Plinius dan Hippocrates juga tercatat sejarah telah menggunakan opium dan tanaman sejenisnya yang disebut solanum. Sedangkan di masyarakat Amerika, bius dilakukan dengan memanfaatkan tanaman koka (asal-muasal kokain). Saat itu, para dukun memanfaatkan daud koka dengan mengunyahnya, lalu disemburkan ke luka pasien.

Bius herbal ini telah digunakan berabad-abad oleh banyak bangsa. Barulah pada 1804 obat bius diramu lebih modern oleh apoteker Jerman bernama Friedrich Wilhelm. Dia menciptakan Morphium yang merupakan campuran dari morfin dan opium, sebagai obat bius. Memasuki tahun 1853, jarum suntik dikembangkan.

Berdasar catatan forme.co.il, bius oral dan inhalan (diisap) banyak dimanfaatkan pula oleh masyarakat Muslim. Di kalangan Muslim, obat bius ini juga telah dikenal sejak era kekaisaran. Kemudian di kedokteran Barat, bius inhalan ini juga banyak digunakan, seiring dengan perkembangan teknik bedah yang dipelopori Joseph Lister.