Minggu, 20 Mei 2012

Pertentangan Dalam Sejarah Hipnotis


Hipnotis lahir dengan berbagai pandangan yang kontradiktif. Satu pihak memandang bahwa hipnotis mulai ada sejak manusia diciptakan. Dia tak ubahnya napas yang menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Napas manusia mulai berhembus begitu kehidupan manusia dimulai. Karena kerja hipnotis banyak berhubungan dengan kerja otak yang didukung asupan oksigen ke dalam pembuluh darah, maka kemudian kelahiran hipnotis kemudian dianggap bersamaan dengan mulai berembusnya napas manusia.

Namun pihak lain memandang bahwa hipnotis adalah perlakuan khusus terhadap manusia yang harus dilakukan dengan keahlian. Kelompok yang berpandangan seperti ini, tidak setuju jika dikatakan kelahiran hipnotis bersamaan dengan awal berhembusnya napas manusia.

Di abad ke-21 ini, ada lagi sebagian orang yang menganggap hipnotis sebagai kekuatan ghaib. Posisinya sama dengan sihir yang mulai dikenal pada zaman Hindu Vedas atau Mesir kuno. Mereka menganggap bahwa untuk bisa menghipnotis perlu ritual-ritual keagamaan atau ritual persembahan yang mistis.

Pandangan logis tentang hipnotis mulai berkembang pada sekitar abad ke18. Saat itu di Eropa sedang terjadi abad pencerahan. Ahli kesehatan asal Jerman, Franz Mesmer, menurut situs historyofhypnosis.org, adalah tokoh yang memelopori pendekatan hipnotis secara santifik. Dia menjadi monumen terjadinya peralihan dari pandangan ghaib tentang hipnotis menjadi pandangan santifik tentang aktivitas tersebut.

Mesmer yang hidup pada periode 1734-1815 itu terdorong untuk mengembangkan pengobatan alternatif. Saat hidup di Wina, Austria, dia menulis tesis yang menjelaskan adanya hubungan antara gravitasi planet dengan sistem jaringan pada tubuh manusia. Pengaruh itu dikendalikan oleh caira dalam tubuh manusia yang disebut ‘animal magnetism’.

Mesmer menikah dengan seorang perempuan anak orang kaya di Wina. Dia kemudian hidup dalam lingkungan kelas atas. Namanya menjadi sangat terkenal setelah berhasil membuat gadis keil Maria Paradies bisa melihat setelah buta sejak berusia tiga tahun.

Kunci keberhasilannya dalam dunia pengobatan terletak pada pendekatannya yang istimewa. Dia membuat ruang praktiknya berbeda dari ruang praktik pada umumnya. Selain diatur pencahayannya, ruang praktinya juga dihiasi alunan musik yang secara psikis bisa menyentuh kesadaran sang pasien. Ruangan ini juga ditaburi wewangian yang menenangkan pikiran sang pasien. Metode ini kemudian dikenal sebagai awal munculnya hipnotis dengan pendekatan santifik.

Metode ini kemudian juga dikembangkan oleh ahli bedah John Elliotson dan James Esdaille. Lewat penataan atmosfer ruangan yang membuat pasien tenang, kedunya menjadi sangat terbantu saat menjalankan operasi. Kemudian sejak saat itu, metode seperti ini dipakai banyak ahli pengobatan, serta dianggap sebagai salah satu teknik pengobatan yang dipelajari dan diterapkan di beberapa perguruan tinggi ternama.

Tak hanya ahli pengobatan, ahli psikologi asal Inggris Joe Griffin dan Ivan Tyrrell kemudian juga tertarik untuk mempelajarinya lebih jauh. Mereka meyakini bahwa hipnotis itu terkait dengan pergerakan cepat bola mata. Setelah itu kemudian banyak orang yang mempelajari hipnotis untuk berbagai kepentingan. Ada pihak yang mempelajari hipnotis untuk tujuan postif, ada pula yang bertujuan negatif. Belakangan malah hipnotis menjadi salah satu tontonan menarik di acara televisi.

Paspor Pertama Diberlakukan Di Sungai Eufrat

Passport, yang kemudian diindonesiakan menjadi paspor punya fungsi yang sangat penting bagi para mereka merantau melintas batas negara. Benda yang satu ini menjadi dokumen resmi yang menjadi kunci bagi setiap orang saat memasuki negara lain. Bentuknya berupa buku kecil berisi identitas dan keterangan mulai masuk dan saat meninggalkan sebuah negara.

Sejarah dokumen ini sudah sangat panjang. Situs Guardian mencatat bahwa, sistem paspor mulai dikenalkan oleh raja Persia kuno Artaxerxes. Raja ini berkuasa pada sekitar 450 tahun sebelum masehi. Pada tahun ke-20 kekuasaannya, dia mengirimkan surat kepada pihak yang berada di sekitar Sungai Eufrat untuk membuat batas-batas tanah di wilayahnya.

Setelah batas-batas wilayah terbentuk, Sang Raja lantas minta gubernur di wilayah sekitar Sungai Eufrat untuk membuat surat yang menjamin keselamatan. Dengan surat itu, Artaxerxes berharap dirinya dijamin keselamatannya saat melintas wilayah Sungai Eufrat untuk menuju wilayah bernama Judah.

Surat inilah yang dinobatkan oleh para ahli sejarah sebagai paspor pertama di dunia. Sistem ini kemudian diadopsi oleh wilayah-wilayah yang lain. Akhirnya, pada abad pertangahan Eropa, sistem ini dijadikan aturan resmi kerajaan di Inggris pada masa kekuasaan Raja Henry V. Dalam putusan parlemen yang tertulis tahun 1414, Sang Raja jadi pihak yang berwenang untuk mengeluarkan surat bagi warganya maupun orang asing untuk menjadi jaminan keamanan dalam perantauan.

Kemudian pada tahun 1540, surat garansi bepergian ini jadi urusan lembaga bernama Privy Council. Mulai saat inilah istilah paspor dikenal. Istilah ini secara tekstual merujuk pada perjalanan yang melalui pelabuhan laut. Namun demikian, dokumen ini diberlakukan tidak hanya untuk perjalanan melalui laut, tapi juga perjalanan darat. Saat hendak memasuki gerbang kota, paspor menjadi dokumen yang wajib ditunjukkan kepada para penjaga kota.

Secara resmi, dokumen perjalanan itu kemudian ditetapkan bernama paspor. Untuk pertama kalinya, dokumen yang sudah resmi bernama paspor ini diluncurkan pada 18 Juni 1641 oleh Raja Charles I. Kemudian pada tahun 1794, paspor menjadi dokumen yang hanya bisa dikeluarkan oleh sekretariat kerajaan.

Mulai tahun 1914, bentuk dan kelengkapan paspor pun disempurnakan. Paspor yang dikeluarkan tahun tersebut sudah dilengkapi data diri, dan tanda tangan pemiliknya. Tidak ketinggalan, paspor di tahun 1914 juga sudah dilengkapi foto pemegangnya. Saat itu, paspor hanya berlaku selama dua tahun. Inggris kembali menjadi pelopor penggunaan paspor modern ini.

Atas kesepakatan Liga Bangsa-Bangsa (yang kemudian berubah menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau disingkat PBB), paspor di dunia ini distandarkan pada tahun 1920. Saat itu, semua paspor yang dikeluarga anggota organisasi tersebut harus berwarna biru tua. Setelah itu, paspor mengalami berkembangan dan dilengkapi perangkat pengaman seperti tanda tangan, hologram, barcode, dan sebagainya.

Di tahun 2012 ini, paspor yang paling banyak memiliki keterbatasan adalah paspor Israel. Paspor ini tidak bisa diterima oleh 23 negara Muslim ditambah Kuba dan Korea Utara. Sedangkan wilayah terkecil yang bisa mengeluarkan paspor sendiri adalah Vatican. Meski tidak punya lembaga yang khusus mengurus persoalan imigrasi, wilayah ini bisa mengeluarkan paspor yang berlaku internasional.

Ke depan, paspor bisa jadi akan dikembangkan lebih canggih lagi. Tidak hanya berbentuk buku tercetak, paspor masa depan juga bisa dilengkapi perangkat berupa microchip atau data biometric seperti fingerprint, foto digital, juga sidik iris mata. Beberapa negara sudah mulai menguji coba teknologi ini.

Tentara Jepang Penemu Rice Cooker


Rice cooker atau alat pemasak nasi punya sejarah sendiri. Sekarang, rice cooker sudah menjadi seperti peralatan yang wajib tersedia di setiap dapur warga yang tinggal di negara bermakanan pokok nasi. Di Indonesia, restoran-restoran juga sudah menjadikan rice cooker sebagai perabot yang harus tersedia. Dengan perabotan ini, masyarakat bisa dengan mudah dan praktis memasak nasi.

Di tahun 1990-an rice cooker benar-benar berfungsi hanya untuk memasak nasi. Alat ini tidak bisa digunakan sebagai alat penyimpan atau penghangat makanan tersebut. Namun kemudian alat ini dimodifikasi dan terus dikembangkan. Akhirnya, rice cooker berubah sebutan menjadi magic jar, lalu jadi magic com, seiring dengan penambahan fungsi perabotan tersebut.

Proses kerja rice cooker, ternyata sudah dikenal sejak awal abad ke-20. Pada tahun 1937, tentara Jepang mulai menjalankan prinsip kerja perangkat menanak nasi bertenaga listrik. Alat ini terdiri dari wadah kayu tahan bocor dan lempeng logam pemanas bertenaga listrik. Lempeng logam ini tugasnya memanaskan wadah kayu yang sudah diisi beras dan air di dalamnya.

Wadah kayu yang terus dipanaskan dengan logam pemanas, kemudian menjadikan beras di dalamnya masak. Saat itu, proses untuk mengubah beras menjadi nasi masih sangat lama karena wadah kayu yang digunakan belum dilengkapi penutup. Akibatnya, uap panas yang dihasilkan dari air mendidih di dalam wadah terbuang percuma ke udara bebas.

Untuk menyingkat waktu, kemudian perangkat ini dilengkapi dengan tutup, sehingga uap panas bisa dimaksimalkan fungsinya di dalam wadah untuk menjadikan beras lebih cepat masak jadi nasi. Hasil dari penyempurnaan ini kemudian memunculkan ide Mitsubishi memproduksinya secara massal. Pada tahun 1945, perusahaan tersebut untuk pertama kalinya memproduksi dan memperdagangkan rice cooker.

Jika tentara Jepang membuat rice cooker dengan wadah kayu, Mistubishi melengkapi perabotan ini dengan wadah aluminium. Dengan demikian, hantaran panas di dalam wadah bekerja lebih maksimal. Dampaknya, nasi di dalam wadah menjadi cepat sekali masak. Ditambah lagi, uap air yang terjebak di dalamnya akibat tertutup rapat, ikut menghasilkan panas yang mempercepat proses menanak nasi.

Inovasi ini ternyata belum menjadi titik akhir bagi rice cooker. Pada tahun 1956, Toshiba menyempurnakan perabot ini secara signifikan. Saat itu, Toshima membuat produk membuat rice cooker yang secara otomatis berhenti bekerja begitu nasi yang dalamnya sudah masak. Inovasi ini menjadikan rice cooker bekerja lebih aman dibanding sebelumnya.

Toshiba meraih sukses besar dengan inovasinya. Dalam satu bulan, rata-rata 200 ribu rice cooker terserap pasar dalam negeri. Empat tahun setelah produk Toshiba ini diluncurkan, sekitar 50 persen warga Jepang melengkapi dapurnya dengan rice cooker.

Seiring perkembangan waktu, alat ini kemudian menembus pasar dunia dan dilengkapi fungsinya. Alat yang semula hanya bisa memasak nasi, kemudian dilengkapi dengan fungsi menghangatkan nasi, juga menghangatkan sayur-mayur. Namun demikian, sumber tenaga yang digunakannya tetap listrik.