Remote Kontrol punya perjalanan sejarah yang bisa dibulang sudah cukup panjang. Perangkat mini ini sudah mulai terpikir oleh manusia sejak tahun 1893. Waktu itu, seorang warga Amerika Serikat (AS) bernama Nikola Tesla menggambar konsep kerja remote control. Gambar itu lantas dipatenkan di AS dengan nomor 613809.
Gambaran konsep kerja remote kontrol ini kemudian mengendap selama bertahun-tahun. Barulah pada tahun 1950, konsep ini berhasil diwujudkan menjadi kenyataan oleh warga Austria bernama Robert Adler. Remote control buatan Robert ini, menurut tulisan di ideafinder.com, pertama kali ditujukan untuk membantu pengoperasian televisi.
Setelah berhasil diuji coba, perangkat ini kemudian diproduksi secara massal oleh perusahaan bernama Zenith Electronics Corporation (kemudian berubah menjadi Zenith Radio Corporation). Zaat pertama dikenalkan ke pasar, alat ini belum disebut sebagai remote control, melainkan lazy bone atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan pemalas.
Di awal penemuannya, remote kontrol masih harus tersambung kabel ke pesawat televisi. Melalui kabel itulah pesawat televisi dikendalikan. Setelah lama dipakai, penyambungan remote kontrol ke pesawat televisi menggunakan kabel terasa merepotkan. Perangkat ini menjadi tidak berfungsi saat kabelnya lepas.
Setelah lima tahun digunakan, barulah ditemukan medium pengganti kabel. Seorang insinyur dari Zenith, Eugene Polley, menemukan remote kontrol televisi tanpa kabel pada tahun 1955. Perangkat ini diberi nama Flashmatic. Satu tahun kemudian remote kontrol tanpa kabel ini dipasarkan. Medium yang digunakan sebagai pengganti kabel ini adalah gelombang ultrasonik.
Sebelum dikembangkan remote kontrol untuk televisi, tentara Jerman juga mengembangkan penggunaan remote kontrol untuk mengendalikan mesin-mesin militer. Pada Perang Dunia I, tentara Jerman menggunakan radio kontrol untuk menyerang kapal-kapal musuh. Kemudian pada Perang Dunia II, remote kontrol digunakan untuk meledakkan bom. Tahun 1940, di Amerika dikembangkan remote kontrol untuk kepentingan non-militer, yakni untuk membuka pintu garasi.
Penggunaan remote kontrol berbasis gelombang ultrasonik ternyata cukup mahal. Kemudian di tahun 1960, ditemukan transistor yang lantas mengubah banyak industri elektronika. Pada saat itu pula, remote kontrol berbasis gelombang ultrasonik menjadi dianggap tidak efisien.
Mulai tahun 1980, Zenit membuat eksperimen untuk menggunakan remote kontrol berbasis sinar inframerah. Remote kontrol ini menggunakan gelombang cahaya berfrekuensi rendah, sehingga mata manusia tidak bisa menangkapnya, tapi bisa tertangkap televisi. Penemukan remote kontrol berbasis sinar inframerah ini kemudian berhasil mengatasi kendala-kendala yang dimiliki remote berbasis gelombang ultrasonik.
Setelah itu, penggunakan remote kontrol mengalami perkembangan sangat pesat. Tidak hanya untuk pesawat televisi, perangkat ini kemudian juga digunakan untuk mengendalikan perangkat elektronik yang lain seperti AC, radio, tape, dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar
Alangkah baiknya bila Anda memberi Komentar di Blog Saya, agar saya mengetahuai apa yang harus Saya perbaiki di Blog saya. Terima Kasih :)